Bareskrim Polri baru-baru ini mengungkap kasus pembobolan rekening dormant di sebuah bank nasional yang mengakibatkan kerugian hingga Rp204 miliar. Kejadian ini menunjukkan pentingnya peningkatan sistem keamanan perbankan di Indonesia, terutama terkait dengan rekening yang tidak aktif dan potensi penyalahgunaannya oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Sindikat yang terlibat dalam kasus ini ditangkap setelah melakukan aksinya pada 20 Juni 2025. Menurut Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus, Brigjen Helfi Assegaf, pembobolan dilakukan dengan modus operandi yang cukup kompleks dan terencana, menjadikan hal ini sangat mengkhawatirkan.
Dalam konferensi pers, Helfi menjelaskan bahwa sindikat tersebut melakukan akses ilegal ke rekening dormant tanpa kehadiran fisik dari nasabah. Taktik ini dilakukan dengan memanfaatkan celah yang ada dalam sistem keamanan bank dan kondisi rekening yang tidak aktif.
Kronologi Pembobolan Rekening yang Menakutkan dan Mencengangkan
Awal mula dari kasus ini terjadi pada awal bulan Juni, ketika para pelaku menemui salah satu Kepala Cabang Pembantu di wilayah Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut, salah satu pelaku berperan sebagai dalang pembobolan mengaku sebagai bagian dari Satgas Perampasan Aset yang beroperasi secara rahasia.
Pihak sindikat memberikan penjelasan mengenai cara kerja mereka beserta peran masing-masing anggota. Dari mulai tahap persiapan hingga pelaksanaan eksekusi, semua ditata dengan rapi untuk memastikan bahwa aksi mereka dapat berjalan tanpa hambatan.
Setelah mendapatkan informasi dan persetujuan dari Kepala Cabang, sindikat tersebut mengancam keselamatan pelaku dan keluarganya. Ancaman ini jelas digunakan untuk memaksa Kepala Cabang memberikan akses ke sistem perbankan yang sangat vital bagi keamanan rekening nasabah.
Setelah berhasil mendapatkan User ID aplikasi Core Banking, eksekusi dilakukan pada malam hari sebelum akhir pekan. Ini dilakukan untuk menghindari deteksi sistem, dengan harapan bahwa transaksi yang dilakukan tidak akan langsung terdeteksi oleh pihak bank.
Pada saat eksekusi, terdapat 42 transaksi yang dilakukan dalam waktu 17 menit. Strategi ini terbukti efektif, mengingat kecepatan dan keakuratan dalam pelaksanaan sangat penting selama aksi berlangsung.
Tindakan Cepat Bareskrim dalam Penanganan Kasus
Setelah transaksi mencurigakan terdeteksi oleh sistem bank, laporan segera diteruskan ke Bareskrim. Komunikasi yang cepat antara bank dan Bareskrim memungkinkan tim penyidik untuk bertindak cepat sebelum hilangnya dana semakin parah.
Dengan bantuan PPATK, pihak berwenang segera melacak dan memblokir rekening yang terlibat dalam transaksi ilegal tersebut. Proses penyidikan yang intensif ini berhasil memulihkan total dana yang dicuri sebesar Rp204 miliar.
Helfi menekankan pentingnya kerja sama antara lembaga-lembaga terkait untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa mendatang. Pendekatan kolaboratif merupakan kunci dalam menjaga keamanan sistem perbankan dan melindungi nasabah.
Kesuksesan penyidikan ini menunjukkan bahwa meskipun delik ekonomi semakin kompleks, ketepatan langkah aparat penegak hukum dapat menghasilkan hasil yang positif. Dengan memulihkan dana yang dicuri, masyarakat dapat merasakan kehadiran negara dalam melindungi hak-hak mereka.
Penyidikan juga berpotensi mengungkap jaring-jaring pelaku lain yang mungkin terlibat dalam tindak pidana yang lebih luas. Ini memberikan sinyal kepada para pelaku bahwa aksi kriminal akan mendapatkan konsekuensi yang setimpal.
Pentingnya Keamanan Sistem Perbankan dalam Era Digital
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya sistem keamanan dalam dunia perbankan, terutama di era digital saat ini. Banyak pelaku kejahatan yang berusaha mengeksploitasi celah dalam teknologi untuk meraih keuntungan pribadi secara ilegal.
Ke depan, lembaga keuangan di Indonesia harus meningkatkan keamanan siber dan memastikan bahwa protokol yang tepat diterapkan untuk melindungi rekening nasabah. Ini termasuk pelatihan bagi karyawan agar mereka lebih waspada terhadap potensi ancaman yang mungkin terjadi.
Infrastruktur teknologi bank harus secara rutin diperiksa dan ditingkatkan untuk mengurangi risiko serangan. Keamanan tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak namun harus merupakan komitmen bersama dari seluruh elemen yang terlibat dalam industri keuangan.
Disarankan juga untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih paham mengenai pentingnya menjaga informasi pribadi dan rekening bank mereka. Edukasi ini diharapkan dapat mengurangi peluang terjadinya penipuan dan pembobolan yang merugikan nasabah.
Dengan kombinasi langkah-langkah preventif dan responsif yang tepat, diharapkan masa depan perbankan di Indonesia dapat lebih aman dan terlindungi dari ancaman kriminalitas ekonomi.













