Koalisi Advokasi Keadilan dan Keselamatan Jurnalis Papua baru-baru ini mengadakan aksi damai untuk mengenang satu tahun insiden pelemparan bom molotov yang menargetkan Kantor Redaksi Jubi. Aksi tersebut berlangsung di depan kantor Jubi di Kota Jayapura, mencerminkan keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran yang menimpa kebebasan pers di wilayah tersebut.
Pimpinan Redaksi Media Jujur Bicara, Jean Bisay, menegaskan bahwa kegiatan peringatan itu merupakan panggilan kepada aparat penegak hukum untuk segera menuntaskan penyelidikan. Kasus ini menjadi titik perhatian serius bagi jurnalis di Papua, karena proses hukum yang berjalan dinilai tidak memuaskan.
Dalam pernyataannya, Jean mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambannya perkembangan kasus kekerasan ini. Meskipun sudah setahun berlalu, kasus tersebut tampak stagnan tanpa adanya kejelasan tentang pelaku maupun tindak lanjut dari pihak berwenang.
Aksi Damai Untuk Memperjuangkan Keadilan Jurnalis
Aksi damai ini diadakan sebagai respons terhadap kurangnya perhatian dari aparat keamanan. Koalisi advokasi berharap agar tindakan nyata dapat segera dilakukan, terutama dalam menyikapi insiden yang mengancam keselamatan jurnalis. Komitmen aparat dalam melindungi kebebasan pers di Papua menjadi tema sentral dalam diskusi tersebut.
Selama aksi berlangsung, sejumlah jurnalis dan anggota masyarakat berkumpul untuk menyampaikan aspirasi mereka. Mereka berharap agar penegakan hukum bisa memberikan dampak positif terhadap situasi kebebasan pers. Kegiatan ini juga mencerminkan harapan akan perlindungan yang lebih baik bagi awak media di daerah tersebut.
Kegiatan tersebut dimulai dengan orasi dan penyampaian pernyataan sikap. Salah satu poin penting yang diangkat adalah perlunya transparansi dalam proses penyelidikan yang hingga kini belum menunjukkan kemajuan. Koalisi meminta pihak kepolisian dan TNI untuk memberikan informasi yang jelas kepada publik mengenai perkembangan kasus ini.
Pentingnya Transparansi dalam Proses Penyelidikan
Jean Bisay berbicara tentang penyampaian Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) yang diterima pihak redaksi pada pertengahan Agustus. Dalam surat itu, disebutkan adanya rencana gelar perkara, tetapi sangat disayangkan belum ada tindak lanjut yang nyata.
Dia menambahkan bahwa harapan untuk mendapatkan penjelasan yang memadai mengenai hasil penyidikan belum kunjung terwujud. Dengan situasi ini, pihaknya khawatir bahwa kasus ini akan disimpan dalam ketidakjelasan yang berkepanjangan.
Sebagai bentuk komitmen, Koalisi Advokasi terus melakukan upaya advokasi hingga ke tingkat nasional. Diskusi dengan Dewan Pers dan rencana untuk audiensi dengan Komisi III DPR RI diharapkan bisa membawa perubahan, tetapi sampai saat ini belum terlihat hasil yang signifikan.
Kekhawatiran Terhadap Kebebasan Pers di Papua
Sekretaris Koalisi Advokasi Jurnalis Papua, Simon Baab, menyoroti lemahnya penanganan kasus ini sebagai indikator ketidakberdayaan aparat dalam melindungi kebebasan pers. Dia merasa bahwa meskipun berbagai instansi sudah dihubungi, tidak ada respons yang memadai dari pihak berwenang.
Simon juga mengecam kurangnya pengumuman mengenai dua terduga pelaku yang sebelumnya disebutkan. Dia menegaskan bahwa pengungkapan nama-nama pelaku harus dilakukan untuk memberikan keadilan kepada jurnalis dan masyarakat luas.
Serangan terhadap kantor media, menurutnya, adalah tindakan intimidasi yang serius dan harus dihadapi dengan tegas. Jika ada ketidakpuasan terhadap pemberitaan, saluran pengaduan yang sesuai dengan undang-undang telah disediakan, sehingga kekerasan bukanlah solusinya.
Peristiwa Bom Molotov yang Mengguncang Jubi
Insiden pelemparan bom molotov yang terjadi pada dini hari tanggal 16 Oktober 2024, menghanguskan dua mobil operasional Jubi yang berada di halaman kantor. Kejadian ini menandai salah satu tindakan kekerasan serius terhadap media yang belum ada kejelasan mengenai pelaku dan motif di baliknya.
Peristiwa tersebut tidak hanya mengkhawatirkan bagi Jubi, tetapi juga bagi banyak jurnalis di Papua yang merasa terancam. Fenomena ini memperlihatkan betapa rentannya kebebasan pers di daerah yang diwarnai oleh konflik dan ketegangan.
Koalisi Advokasi terus berjuang untuk keadilan dan berharap semua pihak untuk bersatu demi perlindungan terhadap jurnalis. Terlepas dari segala tantangan, semangat untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran akan terus berlanjut hingga pelaku diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.













