Bencana banjir dan longsor yang menerjang Aceh Selatan baru-baru ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat dan pejabat. Salah satu yang paling mencolok adalah tindakan Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, yang tetap melaksanakan ibadah umrah di tengah krisis tersebut.
Keputusan Mirwan menjadi sorotan, terutama setelah ia menerbitkan surat yang menyatakan ketidakmampuannya dalam menangani situasi tanggap darurat akibat bencana tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di antara warga yang terdampak.
Hasil Tanggapan Masyarakat terhadap Keputusan Bupati
Salah satu warga, Nasrol, menyoroti bahwa meskipun air sudah surut, masih ada masyarakat yang mengungsi. Keberadaan pengungsi ini menunjukkan bahwa krisis yang dihadapi belum sepenuhnya teratasi dan menuntut perhatian lebih dari pemerintah daerah.
“Airnya sudah surut. Tapi pengungsi masih ada, meskipun tidak sebanyak di awal,” ungkap Nasrol, menunjukkan bahwa situasi di lapangan tetap rawan. Hal ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap respons pemerintah.
Sikap Mirwan yang melanjutkan perjalanan ibadahnya, sementara banyak warganya yang masih dalam keadaan darurat, telah memicu kemarahan dan kritik dari berbagai kalangan. Banyak yang menuntut agar pemimpin daerah lebih peka terhadap kondisi yang dihadapi rakyat.
Status Tanggap Darurat dan Respons Pemerintah
Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Aceh Selatan, Denny Saputra, menyatakan bahwa keberangkatan Mirwan setelah situasi dianggap membaik. Menurutnya, ia berangkat saat kondisi air telah surut di pemukiman warga.
“Keberangkatan Bupati Aceh Selatan beserta istri menjalani ibadah umrah ke tanah suci tentunya setelah melihat situasi dan kondisi wilayah Aceh Selatan umumnya yang sudah stabil,” kata Denny, berusaha membela keputusan tersebut.
Pernyataan Denny mencerminkan upaya untuk memberikan legitimasi terhadap tindakan Bupati, meskipun banyak warga merasa sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pandangan pejabat dan realita di lapangan.
Tinjauan Bupati sebelum Berangkat Umrah
Denny juga menjelaskan bahwa Mirwan telah melakukan kunjungan ke beberapa lokasi yang terdampak. Tindakan ini dimaksudkan untuk memastikan bantuan diberikan sebelum beliau meninggalkan daerah tersebut.
“Bupati beserta istri sebelum berangkat telah beberapa kali mengunjungi dan menyambangi beberapa lokasi terdampak, seperti wilayah Trumon Raya dan Bakongan Raya, bahkan turun langsung dengan mengantarkan logistik,” ungkap Denny.
Meski demikian, banyak warga tetap skeptis terhadap klaim ini. Kunjungan tersebut mungkin tidak cukup untuk mengimbangi kesan bahwa Mirwan meninggalkan tanggung jawab dalam saat-saat kritis.
Permohonan Izin Umrah yang Ditolak
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, sebelumnya telah menolak permohonan izin umrah yang diajukan Mirwan. Keputusan ini diambil mengingat bencana yang melanda dan situasi darurat yang sedang berlangsung.
“Gubernur telah menyampaikan balasan tertulis permohonan tersebut tidak dapat dikabulkan atau ditolak,” jelas Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA, mengkonfirmasi keputusan Gubernur.
Muzakir Manaf menilai bahwa Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu daerah yang paling parah terdampak. Hal ini menjadi alasan kuat mengapa kepala daerah seharusnya tetap berada di tempat untuk menangani masalah yang ada.
Keputusan Politik dan Dampaknya bagi Partai
Keputusan Mirwan untuk pergi umrah di tengah bencana tersebut berdampak pada posisi politiknya. Sekjen Partai Gerindra, Sugiono, mengungkapkan bahwa DPP Gerindra memutuskan mencopot Mirwan dari jabatannya sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan.
Pemberhentian ini dilakukan setelah pihak DPP menerima laporan tentang tindakan Mirwan yang dianggap tidak bertanggung jawab. “Sangat disayangkan sikap dan kepemimpinan yang bersangkutan,” ujar Sugiono.
Langkah ini menunjukkan bahwa tindakan politik Mirwan tidak hanya mendapatkan kritik dari masyarakat, tetapi juga dari partainya sendiri, menunjukkan dampak luas dari keputusan tersebut.
Kesimpulannya, sikap dan tindakan Bupati Aceh Selatan dalam menghadapi situasi bencana telah memicu berbagai reaksi negatif dari masyarakat dan partai politik. Bencana yang melanda bukan hanya menguji kesiapsiagaan pemerintah, tetapi juga integritas pemimpin dalam menjalankan tanggung jawab terhadap rakyat yang diwakilinya. Di saat-saat sulit, komitmen dan ketulusan pemimpin sangat diperlukan untuk memberikan harapan dan solusi bagi masyarakat yang terdampak.











