Banjir bandang yang melanda kawasan Tabing Banda Gadang di Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatera Barat, pada 26-27 November 2025, meninggalkan jejak yang dalam. Lumpur setebal betis orang dewasa menyelimuti rumah dan lingkungan sekitar, membuat banyak penghuninya terpaksa mengungsi untuk mencari keselamatan.
Di tengah kegelapan pasca-bencana, terlihat semangat komunitas yang tak patah arang. Petugas pemulihan bencana dan relawan hadir untuk membantu membersihkan sisa lumpur, mengingatkan kita pada arti kebersamaan dalam menghadapi cobaan berat.
Tim dari berbagai institusi terjun langsung ke lapangan, bergerak cepat untuk membantu warga setempat. Mereka menghadapi tantangan berupa lumpur menumpuk yang memenuhi setiap sudut rumah, menandakan betapa parahnya dampak yang ditinggalkan bencana ini.
Kondisi Darurat Pasca Banjir di Tabing Banda Gadang
Setelah bencana, kondisi di Tabing Banda Gadang sangat memprihatinkan. Lumpur dan material berat menutupi hampir seluruh area rumah sehingga menyulitkan proses evakuasi dan pembersihan.
Banjir ini tidak hanya merusak rumah, tetapi juga mengganggu akses ke layanan dasar seperti air bersih dan listrik. Dalam situasi seperti ini, komunitas memerlukan dukungan ekstra untuk memulihkan kehidupan sehari-hari mereka.
Jarak dan kondisi lingkungan membuat tim relawan harus berpikir kreatif. Dengan sumber daya yang terbatas, mereka harus memaksimalkan alat dan strategi yang ada untuk membersihkan kawasan terdampak.
Upaya Tim Manggala Agni dalam Pembersihan Lumpur
Tim brigade pengendali kebakaran hutan Manggala Agni menjadi salah satu garda terdepan dalam proses pemulihan. Tugas mereka bukan lagi memadamkan api, tetapi membersihkan sisa-sisa material banjir yang menggenangi rumah warga.
Kepala Regu Daops Manggala Agni, Syahrizon Gusrial, menjelaskan fokus utama tim adalah membantu membersihkan lumpur dari kediaman warga. Kerja keras mereka sangat dibutuhkan mengingat banyaknya rumah yang terendam.
Pembersihan satu rumah membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bahkan bisa mencapai dua hari. Seluruh anggota tim berupaya keras agar proses tersebut berjalan efektif dan cepat, demi memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Proses Pembersihan yang Memakan Waktu dan Tenaga
Pembersihan dimulai dengan mengangkat lumpur yang memenuhi lantai, mulai dari bagian depan hingga dapur. Proses ini amat melelahkan, seringkali membutuhkan banyak tenaga dari para relawan.
Setelah lumpur diangkut keluar, tim melanjutkan dengan menyemprotkan air untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih tersisa. Mereka menggunakan pompa pemadaman untuk memudahkan proses ini, mengambil air dari sumber terdekat.
Peralatan yang digunakan pun biasanya sederhana—mulai dari gerobak sorong hingga sekop dan pacul. Inisiatif ini menunjukkan betapa pentingnya semangat gotong-royong dalam menghadapi tantangan besar.













