PT Pertamina Patra Niaga tengah berupaya mempercepat pemanfaatan biofuel dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bagian dari inisiatif transisi menuju energi hijau. Langkah ini merupakan respon terhadap meningkatnya kebutuhan energi terbarukan yang berkelanjutan di Indonesia.
Direktur Perencanaan & Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso, menekankan pentingnya transisi energi dalam konteks global yang lebih luas. Melalui berbagai inisiatif, perusahaan berkomitmen memenuhi kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Sejak 2008, program biodiesel telah dimulai, dengan pencapaian yang signifikan dari 2,5 persen menjadi B40. Ini menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” ujar Harsono Budi dalam ajang Green Energy Summit 2025.
Pertamina menjadikan sektor penerbangan sebagai area utama dalam pengembangan bahan bakar ramah lingkungan. Berbagai uji coba terhadap SAF telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa bahan bakar ini aman digunakan dalam penerbangan komersial.
Saat ini, pesawat listrik masih dalam tahap pengembangan, sehingga penggunaan drop-in fuel menjadi solusi terbaik. SAF yang berbasis pada minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan untuk mengubah limbah menjadi sumber energi yang memiliki nilai ekonomi dan sekaligus mengurangi jejak karbon.
Pentingnya Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Sektor Penerbangan
Penerbangan adalah salah satu sektor yang paling terdampak oleh masalah lingkungan. Oleh karena itu, mengembangkan bahan bakar yang lebih berkelanjutan menjadi sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kebutuhan akan penerbangan juga diproyeksikan akan terus meningkat. Dalam konteks ini, pengembangan SAF adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa pertumbuhan sektor penerbangan tidak mengorbankan lingkungan.
Biofuel dan SAF memiliki potensi untuk mengurangi emisi hingga 80 persen dibandingkan dengan bahan bakar konvensional. Ini adalah langkah signifikan dalam upaya mematuhi peraturan dan komitmen internasional untuk mengurangi dampak iklim.
Selain itu, pemanfaatan bahan bakar alternatif ini juga membuka peluang baru dalam penciptaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan. Dengan semakin banyaknya investasi dalam teknologi ini, diharapkan ekonomi lokal juga dapat terdampak positif.
Perusahaan penerbangan di seluruh dunia semakin tertarik untuk menerapkan SAF dalam operasi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa industri penerbangan tidak hanya berfokus pada profit, tetapi juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan.
Peran Inovasi dalam Menyukseskan Transisi Energi
Inovasi teknologi menjadi pendorong utama dalam pengembangan bahan bakar alternatif. Ini tidak hanya melibatkan penelitian tentang SAF dan biofuel, tetapi juga sistem distribusi dan infrastruktur yang memadai.
Pertamina, melalui berbagai program dan kerjasama, terus berupaya mengembangkan teknologi baru yang mampu meningkatkan efisiensi dalam produksi dan pemanfaatan energi terbarukan. Hal ini diharapkan dapat menunjang kelancaran transisi energi di Indonesia.
Salah satu inovasi yang sedang dikembangkan adalah pengolahan minyak goreng bekas menjadi SAF. Proses ini tidak hanya menciptakan sumber energi baru, tetapi juga mengurangi limbah yang dihasilkan dari industri kuliner.
Dengan keberadaan teknologi yang canggih, biaya produksinya diharapkan dapat ditekan. Hal ini membuat SAF menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar konvensional di pasar.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi, inovasi dalam energi terbarukan dapat dipercepat. Ini adalah sinergi yang diperlukan untuk mencapai tujuan keberlanjutan dalam sektor energi.
Tantangan dan Peluang di Era Transisi Energi
Walaupun ada kemajuan yang signifikan dalam pengembangan energi terbarukan, tantangan masih tetap ada. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan pasokan bahan baku yang berkelanjutan untuk produksi biofuel dan SAF.
Persaingan untuk sumber daya ini dapat berpotensi memicu peningkatan harga, yang akan berdampak pada ekonomi. Oleh karena itu, strategi pengelolaan sumber daya yang bijaksana sangat diperlukan.
Selain itu, regulasi yang mendukung juga sangat penting. Kebijakan pemerintah yang berpihak pada energi terbarukan menjadi kunci dalam penciptaan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan industri ini.
Dari sisi peluang, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan menjadi faktor pendorong yang signifikan. Konsumen kini lebih memilih produk yang ramah lingkungan, termasuk dalam pilihan moda transportasi.
Dalam konteks ini, sektor penerbangan yang mulai mengadopsi SAF berpotensi untuk memimpin dalam inovasi energi. Ini dapat meningkatkan citra perusahaan dan menjadikannya pilihan utama bagi konsumen yang peduli lingkungan.













