PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) terus menghadapi tantangan dalam operasionalnya, khususnya terkait proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dikenal juga sebagai proyek Whoosh. Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian yang signifikan sejak awal proyek ini beroperasi.
Hal ini menjadi sorotan utama dalam sesi public expose yang digelar oleh WIKA. Agung menegaskan bahwa keterlibatan WIKA dalam proyek Whoosh memiliki dua aspek, yaitu sebagai investor dan kontraktor dalam proyek besar ini.
Peran WIKA dalam Proyek Whoosh dan Implikasi Finansialnya
WIKA berperan sebagai investor dengan menyertakan dana sekitar Rp 6,1 triliun dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Sayangnya, investasi tersebut tidak memberikan return yang diharapkan, terutama mengingat proyek kereta cepat ini mengalami kerugian sejak awal operasional.
Agung menyatakan bahwa WIKA sejak awal beroperasi di Whoosh malah harus mencatat kerugian. Ini menjadi sebuah ironi mengingat besarnya investasi yang telah dikeluarkan perusahaan untuk mendukung proyek tersebut.
Lebih jauh, dari segi konstruksi, WIKA mendapatkan porsi sekitar 25 persen dari total proyek Whoosh. Namun, selisih pendapat dalam peran konstruksi ini kembali memicu kerugian, mengingat adanya sengketa yang belum terselesaikan antara WIKA dan KCIC, yang merupakan kontraktor utama.
Kerugian Berkelanjutan dan Tantangan Penyelesaian Sengketa
Selama masa operasional, WIKA terus mengupayakan langkah-langkah untuk mengatasi kerugian yang dihadapi. Di tengah berbagai tantangan, mereka tetap berkomitmen untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah yang ada. Agung menegaskan bahwa pihaknya sedang dalam proses penyelesaian sengketa dengan KCIC.
Proses penyelesaian ini diharapkan dapat meminimalkan dampak kerugian yang dialami perusahaan. Dalam konteks ini, WIKA tidak hanya fokus pada aspek finansial, tetapi juga pada keberlanjutan proyek yang sudah menjadi bagian integral dari transportasi modern di Indonesia.
Namun, tantangan lain yang muncul adalah bagaimana mengelola ekspektasi publik dan para pemangku kepentingan terkait masa depan proyek. Kesulitan ini memerlukan strategi komunikasi yang efektif agar masyarakat tetap percaya pada prospek pembangunan kereta cepat di Indonesia.
Visi Jangka Panjang Perusahaan dalam Bidang Infrastruktur
Meski menghadapi kerugian, WIKA tetap memegang visi yang kuat untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur nasional. Agung menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk mengambil peran dalam proyek-proyek besar lainnya yang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian.
Penting bagi WIKA untuk tetap menjaga reputasi dan kredibilitas sebagai salah satu kontraktor BUMN terkemuka di Tanah Air. Dalam menjalankan visi jangka panjang, perusahaan juga berkomitmen untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Pada akhirnya, meski menghadapi berbagai tantangan, WIKA berupaya untuk tetap optimis. Melalui perencanaan strategis dan kolaborasi yang kuat, mereka berharap dapat bangkit dari kondisi sulit saat ini dan menjadi bagian penting dalam masa depan pembangunan infrastruktur di Indonesia.













