Dalam sesi tanya jawab yang berlangsung dengan penuh antusias, Bonnie Triyana mengangkat isu relevansi semangat Bandung di tengah dinamika politik Indonesia saat ini. Diskusi tersebut mengundang pertanyaan akan kemungkinan menghidupkan kembali idealisme kesetaraan dan kemerdekaan yang selama ini diperjuangkan oleh Soekarno.
David, sebagai narasumber, memberikan penegasan bahwa warisan filosofis Indonesia dapat menjadi dasar untuk merumuskan demokrasi masa depan yang lebih inklusif. Ia menyebutkan bahwa nilai-nilai musyawarah dan gotong royong merupakan bagian tak terpisahkan dari Pancasila yang harus dihidupkan kembali.
“Soekarno tidak hanya menciptakan kebebasan bagi bangsanya, tetapi juga menawarkan dunia perspektif baru tentang kemerdekaan dan kesetaraan,” jelas David. Pernyataannya menekankan bahwa prinsip-prinsip ini masih sangat relevan dan perlu diperjuangkan di era modern ini.
Salah satu gelaran yang menjadi wadah eksplorasi sastra dan pemikiran kritis adalah Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2025. Acara ini berlangsung pada 29 Oktober hingga 2 November 2025, mempertemukan lebih dari 200 penulis, akademisi, dan penampil dari berbagai belahan dunia.
Festival tahun ini mengangkat tema “Aham Brahmasmi — I Am the Universe,” yang menggambarkan hubungan antara individu dan semesta. Dalam berbagai sesi, para pegiat literasi dan sastrawan akan mendalami jalinan antara diri dan alam semesta melalui diskusi, pertunjukan seni, serta kegiatan lainnya.
Peran Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa di Era Modern
Sastra memiliki peranan penting dalam menggambarkan cerminan masyarakat dan budaya. Dalam konteks Indonesia, karya-karya sastra bisa menjadi sarana untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah bangsa.
Dari novel hingga puisi, karya sastra dapat menginspirasi pembaca untuk berpikir kritis. Dengan memahami dan mengapresiasi sastra, generasi muda dapat lebih peka terhadap kondisi sosial dan politik di sekeliling mereka.
Selain itu, sastra juga bisa memberikan perspektif alternatif mengenai identitas nasional. Melalui karakter dan narasi yang diciptakan, sastra mengajak pembaca untuk merenungkan makna kemerdekaan dan kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan sastra yang diberikan di sekolah-sekolah menjadi jembatan penting bagi pelajar untuk memahami warisan budaya. Memperkenalkan mereka pada karya-karya klasik dan modern akan memperkaya wawasan mereka tentang berbagai aspek kehidupan.
Secara keseluruhan, sastra bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat untuk membangun kesadaran dan karakter bangsa. Dalam setiap baris yang dibaca, tersimpan pelajaran berharga yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak Globalisasi terhadap Budaya Nasional Indonesia
Globalisasi menghadirkan tantangan dan peluang bagi budaya nasional Indonesia. Di satu sisi, budaya asing masuk dengan deras, tetapi di sisi lain, memberikan kesempatan bagi budaya lokal untuk dikenalkan ke dunia luar.
Seni dan sastra Indonesia mulai menarik perhatian global, berkat teknologi yang memungkinkan karya-karya ini diakses dengan mudah. Melalui festival-festival sastra dan pameran seni, budaya Indonesia dapat dipromosikan ke tingkat internasional.
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah menjaga keaslian budaya. Ketika elemen-elemen budaya asing mulai mendominasi, ada risiko homogenisasi yang dapat menghilangkan jati diri bangsa.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk membangun kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal. Disiplin di bidang pendidikan dan kebudayaan harus dikuatkan agar generasi mendatang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur warisan nenek moyang.
Globalisasi harus dipandang sebagai peluang untuk memperkaya budaya kita, bukan sebagai ancaman. Dengan cara ini, Indonesia dapat menjadi bagian dari diskusi global sambil tetap menjaga akar budayanya.
Refleksi Sejarah dalam Konteks Kehidupan Sosial di Indonesia
Memahami sejarah merupakan langkah penting dalam membentuk identitas bangsa. Sejarah negara kita kaya dengan peristiwa dan tokoh yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan bangsa.
Pelajaran dari masa lalu seperti perjuangan kemerdekaan dan tantangan yang dihadapi bangsa memberikan insight bagi generasi saat ini. Hal ini bisa dijadikan sebagai pedoman untuk membuat keputusan yang lebih bijak di masa depan.
Refleksi sejarah juga mengajarkan kita tentang keragaman yang ada di Indonesia. Kita hidup dalam masyarakat yang beraneka ragam, dan penting untuk selalu menghargai perbedaan ini.
Melalui kegiatan literasi dan seni, kita bisa menghidupkan kembali pelajaran berharga dari sejarah. Karya sastra yang terinspirasi oleh sejarah dapat membantu masyarakat untuk berkolaborasi dalam menciptakan masa depan yang lebih menyatu.
Dengan mengintegrasikan pelajaran sejarah ke dalam pendidikan dan kebudayaan, kita bisa membangun generasi yang lebih menyadari pentingnya nilai persatuan dan kerjasama dalam mencapai cita-cita bangsa.













