Jepang dikenal luas sebagai negara yang memiliki sistem dan budaya yang sangat disiplin, bersih, dan teratur. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di negeri Sakura, kesan tersebut nyaris langsung terasa, terutama saat melintasi Osaka, kota yang menjadi tuan rumah Media Trip Japan Mobility Show (JMS) 2025. Kota ini menunjukkan bagaimana modernitas dapat dipadukan dengan ketertiban yang menawan.
Bedanya, suasana lalu lintas di Osaka jauh lebih santai dibandingkan dengan di Jakarta. Di tengah kota, mobil dan motor tidak berdesakan seperti yang sering kita lihat di ibukota Indonesia, melainkan berjalan dengan teratur dan rapi.
Yang menarik, pengguna jalan kaki dan pesepeda terlihat lebih mendominasi di jalanan. Sebuah pemandangan yang sangat berbeda dengan Jakarta, di mana pengguna kendaraan bermotor sering kali lebih mendominasi.
Menelisik Kehidupan Sehari-hari di Osaka yang Tertib
Di Osaka, sepeda bukan hanya menjadi alat transportasi, tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari yang terlihat menyenangkan. Banyak pengendara sepeda mengangkut anak-anak, baik di bagian depan maupun belakang, menciptakan suasana yang ramah keluarga.
Stiker berwarna kuning dan hijau yang terlihat di beberapa mobil menjadi pusat perhatian. Dalam setiap perjalanan, stiker ini menunjukkan sebuah simbol untuk membedakan antara pengemudi berpengalaman dan baru.
Tour guide dalam rombongan mengungkapkan bahwa stiker tersebut dikenal sebagai Shoshinsha Mark, yang dirancang khusus untuk pengemudi baru. Stiker ini menunjukkan bahwa pengemudi tersebut baru saja mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan kurang dari satu tahun berpengalaman mengemudikan kendaraan.
Makna dan Fungsi Shoshinsha Mark dalam Keselamatan Berkendara
Dari pengamatan lebih lanjut, Shoshinsha Mark memiliki pengaruh yang signifikan dalam konteks keselamatan di jalan raya. Dengan adanya stiker ini, pengemudi lain dapat lebih memahami situasi di sekitarnya, khususnya jika ada pengemudi baru yang mungkin belum sepenuhnya mahir.
Seperti yang dijelaskan oleh tour guide, stiker itu disebut juga sebagai wakaba mark, yang artinya “daun muda”. Ini mencerminkan perjalanan baru pengemudi tersebut, memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungan berkendara.
Stiker ini hanya berlaku selama satu tahun setelah pengemudi mendapatkan SIM. Setelah itu, mereka harus melepas stiker tersebut dari mobil mereka, menandakan bahwa mereka telah berpengalaman dalam mengemudikan kendaraan.
Perbandingan Budaya Berkendara antara Indonesia dan Jepang
Secara umum, budaya berkendara di Jepang sangat berbeda dari yang kita lihat di Indonesia. Di Jepang, terdapat aturan yang ketat dan masyarakat cenderung menghormati satu sama lain di jalan raya, menciptakan suasana berkendara yang lebih tenang dan aman.
Berbeda dengan Jakarta yang seringkali dipenuhi kerumunan, di Osaka para pesepeda dan pejalan kaki mendapatkan hak jalan yang patut dihormati. Hal ini menciptakan keseimbangan antara semua pengguna jalan, yang jarang terjadi di kota besar lainnya.
Satu hal yang mencolok adalah kesadaran masyarakat Jepang terhadap keselamatan. Stiker Shoshinsha adalah salah satu contoh nyata, di mana semua orang berusaha untuk saling menghormati dan memahami status pengemudi, menciptakan ekosistem berkendara yang lebih aman.













