Tren pasar properti di Jakarta diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2026. Kenaikan ini terutama didorong oleh sektor industri dan perkantoran, yang memainkan peran penting dalam pengembangan ekonomi kota.
Hal ini diungkap dalam seminar bertajuk “Jakarta Property Market Outlook 2026.” Acara ini berfokus pada analisis mendalam mengenai berbagai subsektor properti, mencakup perkantoran, hunian, hotel, dan retail, yang menunjukkan bahwa ada banyak potensi untuk investasi dan perkembangan.
Pentingnya memahami tren ini sangat krusial bagi para investor dan pengembang yang ingin memanfaatkan peluang yang ada. Dengan lebih banyak informasi, mereka dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan meminimalkan risiko investasi.
Dalam ulasan kali ini, kita akan membahas berbagai sektor properti yang sedang berkembang dan memberikan gambaran mengenai proyeksi pasar Jakarta di tahun 2026.
Perkembangan Sektor Perkantoran dan Permintaan yang Meningkat
Sektor perkantoran di Jakarta menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Permintaan ruang kantor kualitas tinggi meningkat seiring dengan munculnya kebiasaan kerja baru pasca-pandemi.
Proyeksi menunjukkan bahwa permintaan ruang perkantoran akan meningkat antara 75.000 hingga 85.000 m² pada tahun 2026. Hal ini turut berkontribusi pada stabilitas tarif sewa yang diperkirakan tetap di kisaran Rp299.000/m²/bulan.
Keberadaan transportasi massal menjadi faktor kunci dalam menarik tenant baru untuk beralih ke lokasi yang lebih strategis dan berkualitas. Korelasi antara kemudahan akses dan peningkatan permintaan menjadi sangat terlihat dalam tren ini.
Pasar perkantoran Jakarta kini bertransisi menuju model ‘landlord market’ di mana pemilik gedung memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam negosiasi. Aspek ini menciptakan peluang baru bagi pengembang dan pemilik properti.
Industri Sebagai Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Jakarta
Sektor industri diperkirakan akan menjadi pendorong utama perkembangan pasar properti di Jakarta pada tahun 2026. Relokasi pabrik dan kebutuhan akan ruang industri baru menjadi sangat penting seiring perubahan dinamika global.
Diperkirakan ada peningkatan kebutuhan lahan industri hingga 190–200 hektare, terutama di kawasan Bekasi dan Karawang yang dikenal sebagai pusat industri. Ini menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam strategi bisnis yang diambil oleh perusahaan manufaktur.
Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan kebutuhan untuk menganalisis dampak lingkungan dan biaya yang tinggi dalam implementasi energi terbarukan. Meskipun demikian, tren pertumbuhan ini memberikan harapan bagi pasar properti Jakarta.
Kemajuan dalam kebijakan dan infrastruktur juga akan berkontribusi pada meningkatnya daya tarik kawasan industri, yang pada gilirannya dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan ekonomi lokal.
Pergeseran Permintaan di Sektor Hunian dan Apartemen
Pergeseran pola konsumen terlihat jelas dalam segmen hunian dan kondominium di Jakarta. Ceruk pasar ini semakin didominasi oleh generasi muda yang mencari hunian nyaman dekat dengan transportasi umum.
Proyeksi menunjukkan bahwa penyerapan kondominium akan berada di angka 400–500 unit pada tahun 2026. Segmen luxury condominium, khususnya unit dengan 3–4 kamar tidur, diperkirakan akan tetap aktif dan sangat diminati.
Harga jual kondominium juga diperkirakan meningkat dan berada di kisaran Rp27,5–28 juta/m². Hal ini mencerminkan permintaan yang kuat serta daya tarik lokasi-lokasi strategis di Jakarta.
Bagi generasi muda, keterjangkauan menjadi faktor penting dalam memilih hunian. Oleh karena itu, daerah pinggiran seperti Tenjo dan Cisauk semakin banyak diminati, menciptakan dinamika baru dalam pasar properti.
Stabilitas Sektor Perhotelan dan Pertumbuhan Segmen Upper-Upscale
Sektor perhotelan di Jakarta diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang stabil dengan tingkat hunian berkisar antara 63–64 persen. Pertumbuhan segmen upper-upscale semakin terlihat dengan adanya hotel-hotel baru yang memasuki pasar.
Segmentasi ini mencakup beberapa merek hotel terkenal yang mulai beroperasi di Jakarta, memperluas pilihan bagi wisatawan domestik dan internasional. Ini menciptakan peluang menarik bagi pengembang untuk memperkenalkan konsep hotel baru.
Proyek mixed-use yang memanfaatkan lokasi strategis dalam transportasi semakin banyak dikembangkan, seperti di area Dukuh Atas dan Blok M. Hal ini menunjukkan adanya pemikiran yang lebih holistik dalam merencanakan pembangunan.
Dengan pertumbuhan yang kuat dalam sektor perhotelan, diharapkan akan tercipta lebih banyak lapangan kerja dan peningkatan dalam sektor pariwisata, memperkuat posisi Jakarta sebagai salah satu tujuan wisata unggulan.













