Sejak Senin lalu, Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, mengalami tragedi yang sangat memprihatinkan. Sebagian besar bangunan baru gedung tersebut ambruk, mengakibatkan risiko tinggi bagi struktur lama yang kini berada dalam bahaya.
Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan kondisi genting di lokasi. Gedung yang miring akibat terjangan material runtuhan memerlukan penanganan khusus agar tidak terjadi bencana susulan.
Struktur lama tersebut, yang terdampak, bisa berpotensi roboh bila tindakan sembarangan dilakukan. Dengan risiko yang ada, menangani kondisi ini bukan hanya butuh keterampilan, tetapi juga ilmu teknik yang tepat.
Pentingnya Pemahaman Teknik dalam Penanganan Bencana
Dalam menghadapi situasi darurat seperti ini, pemahaman akan teknik kontruksi sangatlah krusial. Tim yang berwenang harus menerapkan metode khusus untuk memastikan bahwa penanganan dilakukan dengan aman dan efektif.
Proses pengangkatan material runtuhan tidak bisa dilakukan sembarangan. Tanpa penanganan yang tepat, bangunan lama yang sudah miring bisa mengalami keruntuhan yang lebih parah.
Perencanaan yang matang menjadi kunci dalam tindakan evakuasi dan penanganan di lokasi bencana. Mengabaikan langkah-langkah ini bisa berakibat fatal bagi semua yang ada di sekitar.
Bekerjasama dengan Ahli untuk Solusi yang Lebih Baik
Pihak berwenang memutuskan untuk melibatkan pakar konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan solusi yang lebih efektif dalam menangani struktur bangunan yang miring.
Keterlibatan ahli diharapkan dapat memastikan semua tindakan yang diambil berdasarkan pengetahuan ilmiah dan pengalaman. Hal ini penting untuk mencegah kecelakaan lebih lanjut selama proses penanganan.
Langkah safety seperti pemasangan penopang sudah direncanakan sebelum melakukan pemotongan puing. Dengan metode ini, diharapkan risiko bagi tim penyelamat dapat diminimalkan.
Data Korban dan Langkah Penyelesaian yang Diharapkan
Berdasarkan laporan terkini, total korban yang berhasil ditemukan mencapai 150 orang, dengan rincian 104 orang selamat dan 53 orang dinyatakan meninggal. Dari jumlah tersebut, terdapat lima korban yang ditemukan dalam bentuk potongan tubuh.
Sementara itu, 10 orang lainnya masih belum ditemukan, menunjukkan pentingnya terus melakukan evakuasi secara hati-hati dan terencana. Proses identifikasi menjadi tantangan tersendiri mengingat beberapa potongan tubuh belum bisa dihubungkan satu sama lain.
Tim SAR terus berupaya mencari sisa korban dan membantu keluarga para santri yang sedang dalam masa sulit ini. Penanganan yang cepat dan efisien menjadi harapan bagi banyak pihak.













