Dalam sebuah peristiwa tragis, seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Gorontalo, MJ, meninggal dunia ketika mengikuti kegiatan pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam (Mapala) pada Senin, 22 September. Kejadian ini mengejutkan banyak pihak, terutama keluarga dan teman-teman terdekatnya, yang merasa kehilangan seorang pemuda yang penuh semangat.
Hidayat, kakak korban, mengungkapkan bahwa sehari sebelum insiden itu, ia sempat berbicara dengan MJ melalui telepon. Dalam pembicaraan tersebut, ia mengaku tidak dalam kondisi baik dan merasa sakit, tetapi tidak mendapatkan izin untuk mendapatkan pertolongan medis segera dari panitia.
Mengetahui kondisi adiknya, Hidayat segera berinisiatif untuk menjenguk dan membawa MJ ke rumah sakit. Namun, naas, setibanya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aloei Saboe, kondisi MJ sudah melemah dan hanya dalam waktu singkat dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis.
Investigasi dan Penanganan Kasus Kematian Mahasiswa
Kapolres Bone Bolango, Ajun Kombes Pol Supriantoro, mengungkapkan bahwa pihaknya segera mendatangi rumah sakit setelah menerima laporan mengenai kematian MJ. Setibanya di lokasi, jenazah MJ sudah berada di kamar jenazah, dan pihak kepolisian langsung melakukan koordinasi dengan keluarga dan pihak masyarakat.
Pihak keluarga memutuskan untuk tidak membawa masalah ini ke jalur hukum, setelah melakukan visum luar yang dinyatakan oleh pihak rumah sakit. Jenazah MJ pun disetujui untuk dibawa kembali ke kampung halaman di Muna, Sulawesi Tenggara.
Namun, kasus ini mengundang perhatian lebih luas mengenai penyelenggaraan kegiatan Mapala yang diikuti mahasiswa. Kapolres menegaskan bahwa tidak ada permohonan izin yang diterima dari panitia kegiatan untuk pelaksanaan Diksar tersebut, itulah sebabnya pihak kepolisian perlu menyelidiki lebih lanjut.
Reaksi Masyarakat dan Teman-teman Terdekat
Teman-teman MJ serta rekan-rekan di fakultasnya sangat merasa kehilangan atas kepergian mendadak sahabat mereka. Banyak dari mereka yang menyampaikan rasa duka mendalam melalui berbagai platform media sosial, mengenang kenangan indah bersama MJ.
Selain itu, pihak universitas juga menyampaikan rasa duka cita dan akan melakukan evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan Mapala. Rencananya, konferensi pers akan digelar untuk menjelaskan prosedur terkait pelaksanaan kegiatan tersebut, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Masyarakat sekitar pun turut merasakan dampak dari kejadian ini. Banyak yang berharap agar pihak universitas dan panitia kegiatan lebih mengutamakan keselamatan peserta dalam setiap kegiatan di luar kelas, terutama yang terkait dengan fisik dan kesehatan.
Pentingnya Keselamatan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kejadian ini membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya keselamatan dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa. Kegiatan luar ruang seperti Diksar Mapala seringkali penuh risiko, sehingga perlunya prosedur dan alat keselamatan yang memadai sangat vital.
Pihak universitas diharapkan bisa meningkatkan perhatian dan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang melibatkan mahasiswa. Baik panitia maupun peserta harus memiliki kesadaran akan kesehatan dan keselamatan masing-masing, serta tidak ragu untuk mencari pertolongan ketika diperlukan.
Ada juga diskusi di kalangan akademisi tentang perlunya pelatihan bagi mahasiswa dalam menghadapi keadaan darurat. Pengetahuan mengenai pertolongan pertama mungkin dapat menyelamatkan nyawa ke depan, mengingat kegiatan di lapangan yang rentan akan kecelakaan.













